Penyebab dan Cara Mengatasi Trauma Otak

Penyebab dan Cara Mengatasi Trauma Otak


Penyebab dan cara mengatasi trauma otak– Trauma otak sering kali dialami oleh banyak orang di belahan dunia. Kasus ini umumnya terjadi karena pukulan keras, kepala terbentur di lantai, kecelakaan ringan maupun berat dll. Kondisi cedera otak ini bisa mengakitbatkan hilangnya ingatan pada orang yang mengalami trauma otak, hal ini terjadi karena beberapa komponen bagian otak mengalami kerusakan otak secara traumatis.

Dokter-dokter mengklaim bahwa seseorang yang mengalami trauma otak ini sangat berbahaya dan kesehatan gangguan otak akan semakin meningkat. Sehingga kondisi cedera pada otak ini dapat ditindak lanjut dengan cepat.

Apa Itu Trauma Otak?

Cedera otak traumatis biasanya diakibatkan oleh pukulan keras atau sentakan ke kepala atau tubuh. Benda yang menembus jaringan otak, seperti peluru atau pecahan tengkorak, juga dapat menyebabkan cedera otak traumatis.

Cedera otak traumatis ringan dapat mempengaruhi sel-sel otak Anda untuk sementara. Cedera otak traumatis yang lebih serius dapat mengakibatkan memar, jaringan robek, pendarahan, dan kerusakan fisik lainnya pada otak. Cedera ini dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang atau kematian.

Trauma otak sendiri dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, koma, bahkan hingga kematian.

Penyebab Trauma Otak

Penyebab trauma otak pada umumnya adalah pukulan keras atau sentakan pada kelapa. Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat memicu cedera otak traumatis:

  • Ketika seseorang jatuh dari tempat yang lebih tinggi, jatuh dari tangga, jatuh karena terpeleset, atau jatuh lainnya, ada kemungkinan kepala akan terbentur atau terguncang dan menyebabkan trauma otak.
  • Tabrakan karena kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas baik bagi seseorang yang menggunakan kendaraan maupun yang tertabrak kendaraan merupakan penyebab umum terjadinya trauma otak.
  • Cedera olahraga. Beberapa jenis olahraga yang berpotensi menimbulkan cedera adalah sepak bola, tinju, hoki, baseball, dan olahraga berat dan ekstrim lainnya.
  • Ledakan dan cedera pertempuran. Penyebab ini paling sering menjadi penyebab trauma otak pada anggota militer yang aktif bertugas di medan perang.
  • Tindakan kekerasan yang dimaksud antara lain pemukulan atau luka tembak serta luka tusuk yang merusak tengkorak dan jaringan otak.

Trauma otak bisa terjadi pada siapa saja, namun jika melihat penyebabnya, ada beberapa kelompok orang yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami trauma otak. Kelompok yang memiliki risiko tinggi antara lain anak usia 0-4 tahun, lansia di atas 60 tahun, usia 15-24 tahun, dan juga berjenis kelamin laki-laki.

Gejala Trauma Otak

Cedera otak traumatis dapat memiliki efek fisik dan psikologis yang luas. Beberapa tanda atau gejala mungkin muncul segera setelah peristiwa traumatis, sementara yang lain mungkin muncul beberapa hari atau minggu kemudian.

Cedera otak traumatis ringan

Tanda dan gejala cedera otak traumatis ringan mungkin termasuk:

1. Gejala fisik

  • Sakit kepala
  • Mual atau muntah
  • Kelelahan atau kantuk
  • Masalah dengan ucapan
  • Pusing atau kehilangan keseimbangan

2. Gejala sensorik

  • Masalah sensorik, seperti penglihatan kabur, telinga berdenging, rasa tidak enak di mulut atau perubahan kemampuan mencium
  • Kepekaan terhadap cahaya atau suara

3. Gejala kognitif, perilaku atau mental

  • Kehilangan kesadaran selama beberapa detik hingga beberapa menit
  • Tidak ada kehilangan kesadaran, tetapi keadaan linglung, bingung atau disorientasi
  • Masalah memori atau konsentrasi
  • Perubahan suasana hati atau perubahan suasana hati
  • Merasa tertekan atau cemas
  • Sulit tidur
  • Tidur lebih dari biasanya

Cedera otak traumatis sedang hingga berat

Cedera otak traumatis sedang hingga berat dapat mencakup salah satu tanda dan gejala cedera ringan, serta gejala berikut yang mungkin muncul dalam beberapa jam pertama hingga beberapa hari setelah cedera kepala:

1. Gejala fisik

  • Kehilangan kesadaran dari beberapa menit hingga berjam-jam
  • Sakit kepala persisten atau sakit kepala yang memburuk
  • Muntah atau mual berulang
  • Kejang atau kejang
  • Pelebaran salah satu atau kedua pupil mata
  • Cairan bening mengalir dari hidung atau telinga
  • Ketidakmampuan untuk bangun dari tidur
  • Kelemahan atau mati rasa pada jari tangan dan kaki
  • Kehilangan koordinasi

2. Gejala kognitif atau mental

  • Kebingungan yang mendalam
  • Agitasi, sikap agresif, atau perilaku tidak biasa lainnya
  • Bicara cadel
  • Koma dan gangguan kesadaran lainnya

Gejala anak-anak

Bayi dan anak kecil dengan cedera otak mungkin tidak dapat mengomunikasikan sakit kepala, masalah sensorik, kebingungan, dan gejala serupa. Pada anak dengan cedera otak traumatis, Anda mungkin mengamati:
  • Perubahan kebiasaan makan atau menyusui
  • Iritabilitas yang tidak biasa atau mudah
  • Menangis terus-menerus dan ketidakmampuan untuk dihibur
  • Perubahan kemampuan untuk memperhatikan
  • Perubahan kebiasaan tidur
  • kejang
  • Suasana hati yang sedih atau tertekan
  • Kantuk
  • Kehilangan minat pada mainan atau aktivitas favorit

Diagnosis Trauma Otak

Diagnosis trauma otak dimulai dengan pemeriksaan sistematis di ruang gawat darurat. Pemeriksaan fungsi jantung dan paru umumnya yang pertama kali diperiksa. Pemeriksaan fisik menyeluruh kemudian diikuti, diikuti dengan pemeriksaan neurologis.

Berikut ini adalah tes yang biasanya dilakukan untuk diagnosis cedera otak traumatis:

  • Skala Koma Glaslow, tes yang dilakukan untuk menilai tingkat keparahan awal cedera dengan memeriksa kemampuan pasien untuk mengikuti arah dan menggerakkan mata dan anggota tubuhnya. Skalanya 3-15, semakin tinggi angkanya, semakin ringan cederanya.
  • Kumpulkan informasi tentang cedera dan gejala. Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait cedera tersebut seperti bagaimana cedera itu terjadi, berapa lama orang tersebut tidak sadarkan diri, apakah ada cedera pada bagian tubuh lainnya, dan masih banyak lagi.
  • CT scan, tes pencitraan yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada pendarahan di otak, pembekuan darah, pembengkakan jaringan otak, hingga pembengkakan jaringan otak.
  • MRI, tes pencitraan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran otak yang detail. Tes ini dilakukan ketika kondisi pasien stabil atau telah pulih dari cedera.
  • Pemantauan tekanan intrakranial, pemantauan dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan tekanan di tengkorak yang dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada otak.

Cara Penanganan Trauma Otak

Perawatan untuk trauma otak tergantung pada tingkat keparahan cedera. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengobati cedera otak traumatis:

1. Pengobatan cedera otak ringan

Trauma otak ringan dapat diobati dengan istirahat dan obat penghilang rasa sakit untuk mengatasi gejala. Aktivitas fisik dan berpikir harus dibatasi untuk menghindari kondisi yang lebih parah. Pasien dapat kembali melakukan aktivitas normalnya jika diizinkan oleh dokter.

2. Perawatan darurat segera

Perawatan ini dicadangkan untuk cedera otak traumatis sedang hingga berat. Perawatan berfokus untuk memastikan pasien mendapatkan oksigen dan suplai darah yang cukup, menjaga tekanan darah, dan mencegah cedera kepala dan leher lebih lanjut.

Pasien dengan trauma otak yang parah mungkin juga memiliki cedera lain yang perlu dirawat. Perawatan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan sekunder akibat peradangan, pendarahan, dan berkurangnya suplai oksigen ke otak.

3. Obat-obatan

Obat-obatan juga dapat diberikan untuk membatasi kerusakan sekunder pada otak. Beberapa jenis obat yang biasa diberikan adalah seperti:

  • Diuretik, obat ini bekerja untuk meningkatkan produksi urin dan mengurangi jumlah cairan dalam jaringan.
  • Obat anti kejang, trauma otak berpotensi menyebabkan kejang sehingga obat ini juga dibutuhkan.
  • Obat pemicu koma, obat ini digunakan ketika pembuluh darah yang tertekan oleh peningkatan tekanan di otak tidak mampu memasok nutrisi dan oksigen normal ke sel-sel otak.

4. Operasi

Pembedahan mungkin juga diperlukan dalam beberapa kasus trauma otak. Operasi umumnya dilakukan untuk tujuan berikut:

  • Keluarkan darah beku di otak
  • Memperbaiki tulang tengkorak yang patah
  • Buka jendela di tengkorak untuk mengurangi tekanan di tengkorak.
Nah itu adalah penyebab dan cara mengatasi trauma otak yang mungkin dapat memberikan referensi buat kita semua. Semoga dengan artikel ini kita dapat mengatasi trauma otak agar cepat diproses untuk penanganan yang lebih lanjut.